Kamis, 06 Januari 2011

TUGAS ILMU BUDAYA DASAR

KEBUDAYAAN IMLEK


Kata "Imlek" berasal dari dialek bhs Hokkian yang berarti "penanggalan
bulan" atau "yinli" dalam bhs Mandarin. Tahun Baru Imlek di Tiongkok lebih
dikenal dengan sebutan "Chunjie" (perayaan musim semi). Kegiatan perayaan
itu disebut "Guo nian" (memasuki tahun baru), sedang di Indonesia lebih
dikenal dengan sebutan "konyan".

Di Indonesia mereka merayakan Tahun Baru Imlek sebagai perayaan hari
lahirnya Kong Hu Chu yang lahir di tahun 551 SM, sehingga dengan demikian
penanggalan Imlek dan penanggalan masehi itu berselisih 551 tahun. Jika
tahun Masehi saat ini 2006, maka tahun Imleknya menjadi 2006 + 551 = 2557.

Hanya sayangnya di kebanyakan negara diluar Indonesia mereka merayakan tahun
baru Imlek yang sekarang ini bukannya tahun 2557 melainkan tahun 4643, sebab
dalam sejarah tercatat, bahwa penanggalan Imlek dimulai sejak tanggal 8
Maret 2637 SM, sewaktu Kaisar Oet Tee / Huang Ti (2698-2598 SM) mengeluarkan
siklus pertama pada tahun ke-61 masa pemerintahannya. Jadi tepatnya ialah
4643 tahun yang lampau, sebab bagi mereka tahun baru Imlek tidak ada
kaitannya dengan Kong Hu Chu.

Apabila orang ingat Imlek otomatis ingat Angpauw (Hokian) atau Hong Bao
(Mandarin) yang artinya amplop merah berisi uang. Angpauw ini bukan hanya
digemari oleh anak-anak saja bahkan para pejabat jaman sekarang ini juga
senang sekali mendapatkan angpauw.


Konon Angpauw ini bukan hanya sekedar dapat membawa keberuntungan saja,
bahkan dapat melindungi anak-anak dari roh jahat, sebab uang (qian) secara
harfiah berarti dapat "menekan kekuatan jahat" atau "ya sui qian",
masalahnya ada roh jahat yang bernama Sui; yang selalu hadir setahun sekali
untuk mengganggu anak-anak kecil, maka dari itu di usulkan sebagai penangkal
roh tersebut, sebaiknya ditaruh koin yang dibungkus dengan kertas merah
sebagai tumbal dibawah bantalnya mereka. Maklum unsur api yang membakar pada
warna merah dapat melindungi dari pengaruh jahat. Sama seperti kalho Dracula
lihat salib begitu.

Menurut adat kuno, yang boleh pergi keluar bersilaturahmi di hari pertama
tahun baru Imlek, hanya kaum pria saja, tetapi sekarang adat ini sudah tidak
berlaku lagi. Dan yang kudu dikunjungi secara berturut-turut adalah orang
tua suami, setelah itu baru orang tua isteri. Lalu ke sanak keluarga
lainnya. Perlu diketahui bukan hanya orang Jawa saja yang melakukan adat
sungkem, orang Tiong Hoa juga demikian yang disebut tee-pai.

Tahun ini adalah tahun Anjing - Api. Budaya Cap Ji Shio/ Chinese Horoscopes
adalah kebiasaan bangsa Cina yang menetapkan tahun Imlek dengan 12 jenis
binatang. Untuk semua bayi yang dilahirkan pada tanggal 29 Januari 2006
hingga tahun berikutnya akan memiliki shio anjing. Kebiasaan bangsa China
ini sudah bersejarah lebih 2000 tahun. Alkisah Sang Buddha memanggil
binatang-binatang yang ada di hutan untuk menghadap. Dikisahkan secara
berurutan ada 12 binatang yang datang menghadap Sang Budha, yakni : Tikus,
Kerbau, Macan, Harimau, Kelinci, Naga, Ular, Kuda, Kambing, Monyet, Ayam,
Anjing, dan Babi.

Walaupun itu mungkin hanya sekedar dongengan belaka. Tetapi anehnya banyak
sekali orang yang percaya bahwa nasib seseorang berhubungan erat dengan
tahun kelahirannya. Oleh sebab itulah dalam soal mengambil keputusan untuk
menikah, 'tahun kelahiran' ini mempunyai pengaruh yang berat. Sebagai contoh
sebaiknya lelaki yang lahir pada tahun ayam tidak cocok dengan perempuan
yang lahir pada tahun anjing, begitu juga dengan lelaki yang lahir pada
tahun naga tidak cocok dengan perempuan yang lahir pada tahun harimau.

Sedangkan makanan yang berkaitan erat dengan hari raya tahun baru Imlek
adalah kueh keranjang (nian gao). Kata "kue" atau gao memberikan makna yang
sama dengan kata dan arti "tinggi", sedangkan kata nian berarti "tahun" jadi
secara simbolis diharapkan jabatan maupun kemakmuran semakin tahun dapat
naik semakin tinggi. Oleh sebab itulah juga di Kelenteng banyak kueh
kerajang yang dijadiken sesajen disusun secara bertingkat.

Kue keranjang mulai dipergunakan sebagai sesaji pada upacara sembahyang
leluhur, enam hari menjelang Tahun Baru Imlek (Jie Sie Siang Ang), dan
puncaknya pada malam menjelang Tahun Baru Imlek. Kue keranjang yang
dijadikan sesaji sembahyang ini, biasanya dipertahankan tidak dimakan sampai
Cap Go Meh (malam ke-15).

Di malam tahun baru orang-orang biasanya bersantap di rumah atau di
restoran. Setelah selesai makan malam mereka bergadang semalam suntuk dengan
pintu rumah dibuka lebar-lebar agar rezeki bisa masuk ke rumah dengan
leluasa.

Disamping itu berdasarkan mitos atau dongeng Dewa yang paling bisa
mengetahui, keadaan kita dirumah adalah Dewa Dapur "Zao Wang Ye" (Ciao Ong
Ya = Hokkian) sebab segala macam gosip banyak disebar luaskan pada saat
sedang kongkouw di dapur, disamping itu dari makanan yang disajikan kita
bisa mengetahui keadaan keluarga tersebut, apakah mereka keluarga mampu
ataukah miskin.

Setahun sekali sang Dewa Dapur ini pulang mudik cuti untuk sekalian laporan
ke Sorga, karena Sang Dewa Dapur ini terkesan reseh dan bawel, maka dari itu
untuk menghindar agar ia tidak memberikan laporan yang tidak benar, maka
sebaiknya mulutnya disumpal dengan "Kueh Keranjang", sehingga dengan mana
mulutnya jadi lengket sehingga akhirnya tidak bisa banyak bicara dan kalau
bicara pun pasti hanya hal yang manis-manis saja.

Oleh sebab itulah juga diatas altar dari Dewa Dapur sering diletakan kertas
dengan tulisan: "Dewa yang mulia, ceritakanlah hanya kebaikan kami saja di
langit dan bawalah berkat kembali apabila Anda turun dari langit".

Makanan lainnya yang sering disajikan menjelang Imlek adalah ikan bandeng,
sebab ikan ini melambangkan rezeki. Dalam logat Mandarin, kata "ikan" sama
bunyinya dengan kata "yu" yang berarti rezeki.

Selain ikan bandeng yang juga kudu disuguhkan adalah jeruk kuning, yang
lazim disebut sebagai "jeruk emas" (jin ju). Kalau bisa dicarikan jeruk yang
ada daunnya sebab itu melambangkan kekayaannya akan bertumbuh terus.

Kata "jeruk" dalam bhs Tionghoa bunyinya hampir sama dengan "Da Ji",
sedangkan arti kata dari "Da Ji" itu sendiri berarti besar rejeki.

Sedangkan untuk buah "Apel" (pin guo ) mempunyai arti "ping ping an an" sama
artinya dengan " Da li" yang berarti besar kesehatannya dan keselamatannya
dan untuk buah pear melambangkan kebahagian yang atinya " Sun Sun li li".

Oleh sebab itu ketiga macam buah ini selalu menghiasi meja sembahyangan yang
mengartikan " Da Ji Da Li Sun sun li li" = "Besar rejeki, besar kesehatan &
keselamatannya dan besar pula kehabagiaannya"

Begitu juga dalam memberikan entah itu uang ataupun barang maupun buah-buah
sebaiknya dalam kelipatan dua jadi angka genap begitu, sebab terdapat sebuah
pepatah Tionghoa terkenal yang berbunyi "Hao Shi Cheng Shuang", yang secara
harafiah dapat diartikan "Semua yang baik harus datang secara berpasangan".

Dan agar rezekinya tidak tersapu habis keluar, maka diwajibkan
menyembunyikan sapu, karena ada pantangan dimana tidak boleh menyapu dalam
rumah pada hari Imlek dan dua hari sesudahnya.

Dan sudah tentu pada hari raya Imlek sebaiknya pasang petasan, karena ini
bisa mendatangkan keberuntungan dan perdamaian sepanjang tahun. Petasan
sudah ada sejak Dinasti Tang (618-907). Konon menjelang tahun baru Imlek
sering berkeliaran monster jahat yang bernama Guo Nien, hanya sayangnya
monster ini masih kurang sakti, sehingga selalu ngacir ketakutan apabila
mendengar bunyi mercon, apalagi kalau melihat cahaya kilat yang keluar dari
ledakan mercon tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar